Al Qur’an telah menambahkan dimensi baru
terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia
melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al Qur’an
menunjukkan bahwa materi bukanlah sesuatu yang kotor dan tanpa nilai, karena padanya
terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah serta kegaiban dan
keagungan-Nya. Alam semesta yang amat luas adalah ciptaan Allah, dan Al Qur’an
mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan kegaibannya,
serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk
kesejahteraan hidupnya. Jadi, Al Qur’an membawa manusia kepada Allah melalui
ciptaan-Nya dan realitas konkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah
yang sesungguhnya dilakukan oleh ilmu pengetahuan, yaitu: mengadakan observasi,
lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan dapat mencapai yang maha pencipta melalui observasi
yang teliti dan tepat terhadap hukum-hukum yang mengatur gejala alam, dan Al
Qur’an menunjukkan kepada Realitas Intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah SWT
lewat ciptaan-Nya.
Dalam Al Qur’an, dijelaskan pula secara
gamblang bahwa seluruh struktur materi yang ada di alam semesta dipenuhi dengan
tanda-tanda kekuasaan-Nya. Akan tetapi, kesadaran ini hanya dimiliki oleh
manusia yang berilmu yakni mereka yang mencurahkan perhatian dengan seksama
akan semua fenomena semesta itu. Tanda-tanda itu mengajak manusia untuk
merenungkannya dan memahami ciptaan-Nya sebagaimana difirmankan Allah SWT :“Maka apakah mereka tidak memperhatikan
unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan” (QS.
Al Ghasyiyah : 17-20)
Dalam Al Qur’an juga, Allah SWT
menegaskan “Katakanlah: Apakah sama
orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan.”
(QS. Az-Zumar : 9). Potongan dari ayat diatas adalah salah-satu bentuk teguran
Allah SWT agar manusia senantiasa mempelajari ilmu pengetahuan (sains) terutama
yang tertuang dalam firman Allah SWT di Al Qur’an. Ayat tersebut juga merupakan
penekanan atas keunggulan ‘orang alim’ yang memiliki Ilmu pengetahuan.
Seharusnya teguran-teguran seperti itu membuat masyarakat muslim menyadari
betapa pentingnya mempelajari sains, juga menjadi sebuah pendorong untuk lebih
berfikir secara ilmiah.
SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM AL
QUR’AN
Dalam pembahasan ini akan dipaparkan beberapa contoh sains
dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al Qur’an :
1.
Astronmi
Dalam bidang ilmu astronomi, para ahli
menerangkan pada beberapa puluh tahun yang lalu tentang bagaimana alam semesta
ini terbentuk. Alam semesta pada awalnya adalah satu dan kemudian terjadilah
sebuah ledakan yang maha dahsyat sehingga terbentuklah bintang, matahari, bumi dan
lain-lain. Pandangan ilmuwan yang demikian dikenal dengan nama “teori big
bang”. Informasi ini telah disampaikan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 30
:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu. Kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka juga tak beriman ?”.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu. Kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka juga tak beriman ?”.
Bayangkan informasi ini yang baru-baru kita
ketahui ternyata sudah terdapat di dalam Al Qur’an beberapa abad yang lalu.
Selain itu menurut para ahli bahwa bumi dan matahari berjalan dalam porosnya.
Hal ini telah di sampaikan Al Qur’an dalam surah Al Anbiya ayat 33 : “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar didalam
garis edarnya”.
Bahkan para ilmuwan juga menemukan teori
tentang alam semesta menyatakan bahwa alam semesta sangat luas. Hal inipun
telah terkandung dalam Al Qur’an dalam surah Adz Dzaariyat ayat 47 : “Dan langit itu kami bangun dengan kekuasan
(kami) dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya”.
Ayat-ayat tersebut diatas telah menjelaskan
lebih dahulu mengenai ilmu astronomi sebelum ilmu ini ditemukan dan tentunya
telah dibuktikan kebenarannya oleh para ahli sains.
2.
Kedokteran
Di antara ilmu yang lain adalah penyebutan Al
Qur’an tentang fase-fase pertumbuhan janin, sejak dari air mani lalu menjadi
segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging. Kemudian, Allah menciptakan
sebuah makhluk baru. Ini merupakan deskripsi detail yang hanya dikenal oleh
sains dan kedokteran modern. Ini dibuktikan oleh dokter-dokter dan
ilmuwan-ilmuwan yang mengambil spesialis kandungan. Sebagaimana Allah SWT
berfirman : “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.”(Q.S. Al-Mu'minun, 23: 12-14)
Dalam
surah lain juga dijelaskan : “Wahai
manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim,
menurut kehendak kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami
keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai
kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan
dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun),
sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu
lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami
turunkan air hujan di atasnya, hiduplah bumi itu
dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang
indah”. (Q.S. Al-Hajj: 5)
3.
Embriologi
Dulu ada sekelompok
orang Arab yang mengumpulkan bukti-bukti data yang berkaitan dengan persoalan
embriologi di dalam Al-Qur’an dan hadits. Mereka membawa semua data tersebut
kepada Prof. Keith Moore. Beliau adalah seorang ilmuwan terkemuka dalam bidang
ilmu embriologi. Setelah membaca berbagai versi Al-Qur’an, beliau menjawab
“sebagian besar ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadits sangat selaras dengan
kebenaran-kebenaran ilmiah ilmu pengetahuan embriologi modern.
Namun ada beberapa
ayat Al-Qur’an yang beliau tidak bisa
mengatakan apakah ayat-ayat itu benar atau salah karena saya tidak memiliki
pengetahuan tentang itu. Ayat yang dimaksud terdapat dalam Al Qur’an surah Al Alaq
ayat 1-2 : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari sesuatu yang menempel (yang tampak seperti seekor
lintah).”
Selanjutnya Prof.
Keith Moore ke laboratorium untuk mengungkapkan kebenaran ayat ini dengan
menggunakan mikroskop. Dia sangat terkejut ketika menyaksikan kemiripan antara
embrio manusia dengan lintah.
4.
Ilmu
Kelautan
Dalam ilmu kelautan dijelaskan bahwa ketika
suatu jenis air becampur ke dalam jenis air yang lain, maka jenis air tersebut
akan kehilangan unsur-unsur pokoknya, dan bercampur dengan jenis air yang
dituju. Terdapat ruang pertemuan antara kedua jenis air tersebut yang berbentuk
garis miring.
Hal ini telah diakui oleh para ahli ilmu
kelautan dan diantaranya adalah Dr. Hay yang berasal dari Amerika Serikat. Al-Qur’an
menjelaskan fenomena ini dalam surah Al Furqaan ayat 53 : “Dan Dialah yang
membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan), yang ini tawar lagi segar dan
yang lain asin lagi pahit, dan Dia juga jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang menghalangi”.
5.
Geologi
Geologi adalah ilmu yang mempelajari kerak
bumi, lapisan-lapisannya dan hubungannya antara tiap-tiap dan
perubahan-perubahannya. Yang mana dalam hal ini, menelaah terjadinya
transformasi besar-besaran pada lapisan permukaan bumi, strukturnya, perubahan
cuaca, fosil, bebatuan dan lain sebagainya. Maka sebagai bukti bahwa Al Qur’an
menyatakan sejumlah fenomena geologis, yang berkenaan dengan kerak bumi dan
hal-hal lainnya terdapat dalam surah An Naml ayat 61 : “Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan
yang menjadikan sungai-sungai dicelah-celahnya, dan yang menjadikan
gunung-gunung untuk (mengukuhkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua
laut?, Appakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?, Bahkan (sebenarnya)
kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”.
Al Qur’an juga menarik perhatian kita terhadap
fenomena lapisan kerak bumi dalam proses pembentukan gunung-gunung : “Dan Di menancapkan gunung-gunung di bumi
supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai
dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl : 15)
Adapun fungsi gunung yang menstabilkan kulit
bumi dikemukakan lebih jelas dalam ayat berikut :
“Bukankah
Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunungsebagai
pasak? .” (QS. An Naba’ : 6-7)
“Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu ...”
(QS. Luqman : 10)
Masih
banyak contoh yang lainnya mengenai fakta-fakta ilmiah tentang sains dan ilmu
pengetahuan di dalam Al Qur’an. Selain dari beberapa contoh di atas, masih
banyak lagi para pakar ahli dalam bidang-bidang sains dan ilmu pengetahuan yang
berinteraksi dengan Al Qur’an dan memiliki pengetahuan keakraban serta
keislaman yang proporsional, menemukan hal-hal yang mengagumkan dan
mencengangkan di dalam bidang masing-masing.
Semangat
Al Qur’an dalam mendorong umat Islam untuk bekerja sungguh-sungguh pada
pencarian ilmu harus terus disosialiasakan. Hal ini karena dunia masa kini,
apalagi masa depan adalah dunia yang dikuasai oleh sains dan ilmu pengetahuan.
Siapapun yang menguasai keduanya, secara lahiriah akan menguasai dunia. Jika
umat Islam ingin kembali memainkan perannya sebagai Khaira Ummah (umat terbaik) atau Ummatan Wasathan (umat pilihan) dan menjadi saksi atas kebenaran
ajaran-Nya, maka kita harus menguasai sains dan ilmu pengetahuan.
mantap tulisannya, antum sudah cocok jadi professor Ustadz Syamsi Wal Qamar :D
BalasHapus