Diberdayakan oleh Blogger.

Jilbab Fisik VS Jilbab Hati




Hingga hari ini masih banyak wanita yang memperdebatkan masalah jilbab. Banyak dari mereka tidak mengenakan jilbab dengan alasan masih merasa hatinya belum terjilbabi. Statemen ini awalnya merebak di kalangan artis. Untuk menghindari dan mengingkari perintah hijab. Mereka menggunakan alasan di atas untuk menguatkan alasannya membiarkan kepalanya telanjang ditempat umum. Pada hari ini, artis telah menjadi ‘berhala baru’ bagi anak muda. Tidak mengenal sahabat Rasulullah sudah menjadi hal yang dimaklumi, tapi tidak punya idola artis akan mendapat julukan kampungan, kuper dll. Setelah artis dijadikan berhala baru yang diidam-idamkan, dipuji-puji, dikagumi, apa saja yang artis lakukan akan di ikuti, termasuk artis yang tidak mengenakan hijab. 
Dalam kenyataannya, statemen ‘ingin menjilbabi hati’ ini telah melekat di hati banyak wanita muda. Mereka enggan mengenakan hijab dengan alasan masih belum siap dan ingin menjilbabi hatinya dulu. Kelompok ini bukan tidak siap, tetapi bisa jadi enggan melakukan persiapan. Padahal perintah hijab itu bukan perintah biasa, tetapi perintah Allah SWT secara langsung bagi wanita beriman.

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan anak-anak orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Ahzab 59).

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.....” (An-Nur 31)

 
 Jika wanita islam enggan mengenakan hijab, lantas apa bedanya mereka dengan wanita non muslim? Sesungguhnya hijab itu adalah pembeda antara wanita muslim dengan non muslim. Tidak ada satupun ada perintah yang mengatakan bahwa jilbab hati itu merupakan hal yang urgent dibanding jilbab fisik. Statemen jilbab hati muncul dari kalangan mereka yang belum memahami ilmu hijab dengan baik.

      Pengertian Jilbab Menurut Islam
Jilbab berasal dari kata kerja  jalab  yang berarti menutupkan sesuatu di atas sesuatu yang lain sehingga tidak dapat dilihat. Dalam masyarakat Islam selanjutnya, jilbab diartikan sebagai pakaian yang menutupi tubuh seseorang. Bukan hanya kulit tubuhnya tertutup, melainkan juga lekuk dan bentuk tubuhnya tidak kelihatan. Sebagai mana firman Allah SWT
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab 59).

Pengertian jilbab menurut ulama-ulama tafsir, sebagai berikut :
1.      Tafsir Ibnu Abbas
Dalam menafsirkan ayat jilbab tersebut, Ibnu Abbas menuturkan, “Selendang atau jilbab tudung wanita hendaklah menutupi leher dan dada agar terpelihara dari fitnah atau terjauh dari bahaya zina”.
2.      Tafsir Al-Qurthubi
Dalam menafsirkan ayat jilbab tersebut, Al-Qurthubi menulis, “Allah memerintahkan segenap kaum muslimah agar menutupi seluruh tubuhnya, agar tidak memperlihatkan tubuh dan kulitnya kecuali di hadapan suaminya, karena hanya suaminya yang dapat bebas menikmati kecantikannya.”
3.      Tafsir Ibnu Katsir
Menurut tafsir Ibnu Katsir, dalam surat Al-Ahzab ayat 59 Allah memerintah Rasul-Nya agar menyuruh wanita-wanita mukminat (khususnya para istri dan anak beliau karena kemuliaan mereka) untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka guna membedakan dari wanita jahiliyah dan budak. Jilbab adalah selendang di atas kerudung. Muhammad bin Sirin berkata, “Aku bertanya kepada Abidah As-Salmani tentang firman Allah,
يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ 
Artinya .”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka .” 
Maka ia menutup wajah dan kepalanya, serta hanya memperlihatkan mata kirinya. 
4.      Tafsir Sayyid Kutub
Menurut Sayyid Qutb, dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada istri-istri Nabi dan kaum muslimah umumnya agar setiap keluar rumah senantiasa menutupi tubuh, dari kepala sampai ke dada dengan memakai jilbab tudung yang rapat, tidak menerawang, dan juga tidak tipis. Hal demikian dimaksudkan untuk menjaga identitas mereka sebagai muslimah dan agar terpelihara dari tangan-tangan jahil dan kotor. Karena mereka yang bertangan jahil dan kotor itu, pasti akan merasa kecewa dan mengurungkan niatnya setelah melihat wanita yang berpakaian terhormat dan mulia secara islam.
5.      Tafsir Ath-Thabrasi
Maksudnya, katakanlah kepada mereka untuk menutup dadanya dengan jilbab, yaitu pakaian penutup yang membalut keindahan wanita.
6.       Tafsir Wahbah Az-Zuhaili
Maksudnya, Allah meminta Rasul-Nya memerintahkan wanita-wanita mukminat, khususnya para istri dan anak beliau, jika keluar rumah untuk menutupkan jilbab-jilbab mereka agar membedakannya dari para budak. Ayat ini menunjukkan wajibnya menutup wajah wanita. Karena para ulama dan mufassir seperti Ibnul Jauzi, At-Thabari, Ibnu Katsir, Abu Hayyan, Abu Su’ud, Al-Jashash, dan Ar-Razi menafsirkan mengulurkan jilbab adalah menutup wajah, badan, dan rambut dari orang-orang asing (non mahram) atau ketika keluar untuk sebuah keperluan.

      Hukum Memakai Jilbab Bagi Muslimah
Hukum memakai jilbab bagi wanita adalah wajib. Jadi salah besar jika ada yang mengatakan bahwa jilbab adalah hanya merupakan budaya orang arab, bukan merupakan ajaran Islam. Ini adalah pendapat liberal yang ingin menjauhkan jilbab dari sentuhan wanita-wanita muslimah. Hukum memakai jilbab bagi wanita ditegaskan Allah swt dalam Al Quran surah An Nur ayat 31.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (Qs.An-Nur:31).

Seorang wanita yang mengaku dirinya seorang muslimah, yaitu tunduk dan patuh kepada seluruh perintah Allah, harus berpakaian muslimah didalam hidupnya, yaitu terdiri dari jilbab dan pakaian yang menutup seluruh anggota tubuhnya, berlengan panjang sampai pergelangan tangannya dan memakai rok yang menutup sampai mata kakinya.

         Jilbab Fisik Vs Jilbab Hati
Ada ungkapan lebih baik hatinya dulu yang berjilbab ketimbang fisiknya, jelas tetap fisik yang utama karena dengan anda mengenakan jilbab berarti anda mengikuti salah satu peraturan dalam beragama, dengan kata lain dengan memakai jilbab berarti anda memiliki ciri orang yang beragama, sama halnya dengan seragam sekolah, ketika ada yang berseragam sekolah maka kita pasti menyangka dia itu pelajar lepas dari pintar atau tidak otaknya, dan ketika orang yang mengenakan seragam sekolah itu berada di mall pada saat jam pelajaran berlangsung , maka petugas berhak untuk menangkapnya, karena mereka memiliki ciri anak sekolah.
Menjilbabi hati beranalogi dengan khusyu’ dalam shalat. Kita harus khusyu’ ketika mengerjakan shalat. Melupakan segala hal yang bersifat duniawi dan hanya mengingat Allah SWT semata. Tentu saja, sangat sulit dilakukan. Tapi apakah lantas kita berhenti shalat karena merasa belum bisa khusyu? Sebaliknya, kita terus mengerjakan shalat dan sedikit demi sedikit terus belajar agar lebih khusyu’. Jika kita berhenti mengerjakan shalat, maka kita tidak akan tahu seperti apa rasanya khusyu’. Demikian juga hati, semestinya tidak menjadi penghalang ketika kita ingin mengenakan jilbab. Alangkah baiknya jika mulai hari ini kita kenakan jilbab, lalu seterusnya sedikit demi sedikit kita belajar memperbaiki hati kita.
Menjilbabi aurat, sebenarnya adalah menjilbabi hati juga. Mempercantik aurat sama halnya dengan mempercantik hati kita. Karena  memakai jilbab adalah perintah paten dari Illahi Rabbi. Tidak bisa ditawar-tawab lagi kecuali bagi wanita-wanita yang tidak terkena kewajiban memakainya. Membayangkan gerahnya berjilbab di saat udara panas, meninggalkan baju-baju bagus yang dimiliki untuk diganti dengan busana muslimah, menutupi rambut dengan selembar jalabib padahal biasanya dipuji–puji orang karena indah berkilau, menutupi leher jenjang yang biasanya menjadi daya tarik tersendiri.
Memang memakai jilbab tidak bisa dipaksakan, apalagi kita yang sudah terbiasa berpuluh-puluh tahun jauh dari agama, dan karena Agama itu sendiri pun bukan suatu paksaan, Rasulullah saw di utus sebagai rahmat bukan sebagai azab, maka sudah seharusnya keberagamaan tumbuh dari sebuah kesadaran seorang hamba yang ingin memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dan sudah seharusnya menjadi sifat seorang hamba untuk selalu taat dengan apa yang di perintahkan tuannya.
Sebenarnya mengapa wanita harus berjilbab?. Jawaban yang paling simpel adalah karena diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur’an dan Al Hadits, sebagai berikut :
1.      Surah Al Ahzab, ayat 59
2.      Surah Al Ahzab, ayat 33
3.      Surah An Nur, ayat 31
4.      Hadits yang mengancam wanita tidak masuk surga karena tidak berjilbab. Rasulullah SAW bersabda: Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 th). (HR. Muslim).
5.      Ummu Salamah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana wanita berbuat dengan pakaiannya yang menjulur ke bawah? Beliau bersabda: Hendaklah mereka memanjangkan satu jengkäl, lalu ia bertanya lagi: Bagaimana bila masih terbuka kakinya? Beliau menjawab: “Hendaknya menambah satu hasta, dan tidak boleh lebih”. (HR. Tirmidzi).
6.      Kisah wanita yang akan berangkat menunaikan shalat ‘ied, ia tidak memiliki jilbab, maka diperintah oleh Rasulullah SAW: “Hendaknya Saudarinya meminjaminya Jilbab untuknya “. (HR. Bukhari).
Dari uraian di atas, sudah sepatutnya kita menyadari mana yang harus kita dahulukan antar syariat dan ego semata. jangan sampai ego kita menghalangi kecintaan dan ibadah kita kepada Allah SWT.
     Kesimpulan
          Pada akhirnya berjilbab bukan hanya sebuah identitas fisik sebagai seorang muslimah. Menutup aurat adalah perintah wajib yang merupakan bukti ketaatan terhadap perintah Allah SWT dan Rasul-Nya sebagaimana kewajiban shalat, puasa, haji bagi yang mampu, dan ibadah-ibadah lainnya. Ketika kita ingin menjadi muslimah yang kaaffah, maka sudah seharusnya kita terketuk untuk melaksanakan perintah-Nya. Wallahu ‘alam


Al Qur'an Bicara Sains dan Ilmu Pengetahuan






Al Qur’an telah menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al Qur’an menunjukkan bahwa materi bukanlah sesuatu yang kotor dan tanpa nilai, karena padanya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah serta kegaiban dan keagungan-Nya. Alam semesta yang amat luas adalah ciptaan Allah, dan Al Qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan kegaibannya, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya. Jadi, Al Qur’an membawa manusia kepada Allah melalui ciptaan-Nya dan realitas konkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah yang sesungguhnya dilakukan oleh ilmu pengetahuan, yaitu: mengadakan observasi, lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat mencapai yang maha pencipta melalui observasi yang teliti dan tepat terhadap hukum-hukum yang mengatur gejala alam, dan Al Qur’an menunjukkan kepada Realitas Intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah SWT lewat ciptaan-Nya.

Dalam Al Qur’an, dijelaskan pula secara gamblang bahwa seluruh struktur materi yang ada di alam semesta dipenuhi dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Akan tetapi, kesadaran ini hanya dimiliki oleh manusia yang berilmu yakni mereka yang mencurahkan perhatian dengan seksama akan semua fenomena semesta itu. Tanda-tanda itu mengajak manusia untuk merenungkannya dan memahami ciptaan-Nya sebagaimana difirmankan Allah SWT :“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan” (QS. Al Ghasyiyah : 17-20)

Dalam Al Qur’an juga, Allah SWT menegaskan “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (QS. Az-Zumar : 9). Potongan dari ayat diatas adalah salah-satu bentuk teguran Allah SWT agar manusia senantiasa mempelajari ilmu pengetahuan (sains) terutama yang tertuang dalam firman Allah SWT di Al Qur’an. Ayat tersebut juga merupakan penekanan atas keunggulan ‘orang alim’ yang memiliki Ilmu pengetahuan. Seharusnya teguran-teguran seperti itu membuat masyarakat muslim menyadari betapa pentingnya mempelajari sains, juga menjadi sebuah pendorong untuk lebih berfikir secara ilmiah.

SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM AL QUR’AN
Dalam pembahasan ini akan dipaparkan beberapa contoh sains dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al Qur’an :
1.      Astronmi
Dalam bidang ilmu astronomi, para ahli menerangkan pada beberapa puluh tahun yang lalu tentang bagaimana alam semesta ini terbentuk. Alam semesta pada awalnya adalah satu dan kemudian terjadilah sebuah ledakan yang maha dahsyat sehingga terbentuklah bintang, matahari, bumi dan lain-lain. Pandangan ilmuwan yang demikian dikenal dengan nama “teori big bang”. Informasi ini telah disampaikan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 30 :
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu. Kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka juga tak beriman ?”.
Bayangkan informasi ini yang baru-baru kita ketahui ternyata sudah terdapat di dalam Al Qur’an beberapa abad yang lalu. Selain itu menurut para ahli bahwa bumi dan matahari berjalan dalam porosnya. Hal ini telah di sampaikan Al Qur’an dalam surah Al Anbiya ayat 33 : “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar didalam garis edarnya”.
Bahkan para ilmuwan juga menemukan teori tentang alam semesta menyatakan bahwa alam semesta sangat luas. Hal inipun telah terkandung dalam Al Qur’an dalam surah Adz Dzaariyat ayat 47 : “Dan langit itu kami bangun dengan kekuasan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya”.
Ayat-ayat tersebut diatas telah menjelaskan lebih dahulu mengenai ilmu astronomi sebelum ilmu ini ditemukan dan tentunya telah dibuktikan kebenarannya oleh para ahli sains.

2.      Kedokteran
Di antara ilmu yang lain adalah penyebutan Al Qur’an tentang fase-fase pertumbuhan janin, sejak dari air mani lalu menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging. Kemudian, Allah menciptakan sebuah makhluk baru. Ini merupakan deskripsi detail yang hanya dikenal oleh sains dan kedokteran modern. Ini dibuktikan oleh dokter-dokter dan ilmuwan-ilmuwan yang mengambil spesialis kandungan. Sebagaimana Allah SWT berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”(Q.S. Al-Mu'minun, 23: 12-14)
Dalam surah lain juga dijelaskan : “Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim, menurut kehendak kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air hujan di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah”. (Q.S. Al-Hajj: 5)

3.      Embriologi
Dulu ada sekelompok orang Arab yang mengumpulkan bukti-bukti data yang berkaitan dengan persoalan embriologi di dalam Al-Qur’an dan hadits. Mereka membawa semua data tersebut kepada Prof. Keith Moore. Beliau adalah seorang ilmuwan terkemuka dalam bidang ilmu embriologi. Setelah membaca berbagai versi Al-Qur’an, beliau menjawab “sebagian besar ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadits sangat selaras dengan kebenaran-kebenaran ilmiah ilmu pengetahuan embriologi modern.
Namun ada beberapa ayat Al-Qur’an yang beliau  tidak bisa mengatakan apakah ayat-ayat itu benar atau salah karena saya tidak memiliki pengetahuan tentang itu. Ayat yang dimaksud terdapat dalam Al Qur’an surah Al Alaq ayat 1-2 : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari sesuatu yang menempel (yang tampak seperti seekor lintah).”
Selanjutnya Prof. Keith Moore ke laboratorium untuk mengungkapkan kebenaran ayat ini dengan menggunakan mikroskop. Dia sangat terkejut ketika menyaksikan kemiripan antara embrio manusia dengan lintah.

4.      Ilmu Kelautan
Dalam ilmu kelautan dijelaskan bahwa ketika suatu jenis air becampur ke dalam jenis air yang lain, maka jenis air tersebut akan kehilangan unsur-unsur pokoknya, dan bercampur dengan jenis air yang dituju. Terdapat ruang pertemuan antara kedua jenis air tersebut yang berbentuk garis miring.
Hal ini telah diakui oleh para ahli ilmu kelautan dan diantaranya adalah Dr. Hay yang berasal dari Amerika Serikat. Al-Qur’an menjelaskan fenomena ini dalam surah Al Furqaan ayat 53 : “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan), yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia juga jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi”.

5.      Geologi
Geologi adalah ilmu yang mempelajari kerak bumi, lapisan-lapisannya dan hubungannya antara tiap-tiap dan perubahan-perubahannya. Yang mana dalam hal ini, menelaah terjadinya transformasi besar-besaran pada lapisan permukaan bumi, strukturnya, perubahan cuaca, fosil, bebatuan dan lain sebagainya. Maka sebagai bukti bahwa Al Qur’an menyatakan sejumlah fenomena geologis, yang berkenaan dengan kerak bumi dan hal-hal lainnya terdapat dalam surah An Naml ayat 61 : “Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai dicelah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut?, Appakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?, Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”.
Al Qur’an juga menarik perhatian kita terhadap fenomena lapisan kerak bumi dalam proses pembentukan gunung-gunung : “Dan Di menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl : 15)
Adapun fungsi gunung yang menstabilkan kulit bumi dikemukakan lebih jelas dalam ayat berikut :
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunungsebagai pasak? .” (QS. An Naba’ : 6-7)
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu ...” (QS. Luqman : 10)

Masih banyak contoh yang lainnya mengenai fakta-fakta ilmiah tentang sains dan ilmu pengetahuan di dalam Al Qur’an. Selain dari beberapa contoh di atas, masih banyak lagi para pakar ahli dalam bidang-bidang sains dan ilmu pengetahuan yang berinteraksi dengan Al Qur’an dan memiliki pengetahuan keakraban serta keislaman yang proporsional, menemukan hal-hal yang mengagumkan dan mencengangkan di dalam bidang masing-masing.

     Semangat Al Qur’an dalam mendorong umat Islam untuk bekerja sungguh-sungguh pada pencarian ilmu harus terus disosialiasakan. Hal ini karena dunia masa kini, apalagi masa depan adalah dunia yang dikuasai oleh sains dan ilmu pengetahuan. Siapapun yang menguasai keduanya, secara lahiriah akan menguasai dunia. Jika umat Islam ingin kembali memainkan perannya sebagai Khaira Ummah (umat terbaik) atau Ummatan Wasathan (umat pilihan) dan menjadi saksi atas kebenaran ajaran-Nya, maka kita harus menguasai sains dan ilmu pengetahuan.